ELEGI MENGGAPAI PERBINCANGAN BANGUN PERSEGI
Monolog Seorang Penonton :
Setelah berulang-ulang kali berusaha untuk membaca memahami banyak elegi yang telah ada. Aku pun ingin mencoba berusaha lagi untuk menjelajahi pikiranku dalam dunia Matematika ini. Jika aku mengizinkan pikiranku melayang tanpa kendali aku pun akan kembali meluruskan niatku ini. Hatiku pun akan aku kembalikan untuk istighfar kepada Alloh Swt.
Subyek 1 :
Suatu ketika, aku menemukan bangun segiempat yang unik. Aku sangat tertarik oleh keelokan bentuk segiempat itu.
Subyek 2 :
Mungkin segiempat itu telah diperbincangkan oleh siswa SD. Mereka telah mengetahui bagaimana bentuk bangun yang engkau maksud.
Subyek 1 :
Tapi, yakinkah engkau mereka dapat mewakili apa yang ingin aku tanyakan tentang bangun yang aku maksudkan ?
Subyek 2 :
Bukankah engkau belum mencoba. Aku pun tidak punya daya untuk sekedar meyakinkan engkau wahai subyek 1.
Bagaimana jika kita simak perbincangan bangun segiempat yang engkau maksud ? Engkau bisa menanyakan apa yang ingin engkau tahu ? Sebentar lagi kita akan mendengarkan perbincangan bangun tersebut.
Persegi :
Wahai subyek 1 dan subyek 2, bukankah engkau telah menemui aku di matematika bermonolog imaginer. Aku akan mengingatkan ‘Gunakan luas satuan’.
Subyek 1 :
Aku berusaha dengan keras untuk menjawab pertanyaan persegi. Dan, aku ingat Si Matematika yang menjawab ‘tutupilah sawahmu dengan bangun-bangun satuan lalu engkau akan temukan banyaknya luas satuan’.
Sisi Persegi :
Benar wahai subyek 1. Tapi bukankah sawah itu berbentuk persegi panjang ? itu bukan sifatku.
Aku tidak sama dengan persegi panjang. Aku selalu mempunyai panjang yang sama. Wahai subyek 1, apa yang engkau jawab sebenar-benarnya bukan aku ?
Sudut siku-siku :
Wahai sisi persegi, engkau melupakan aku. Janganlah engkau naik ke atas panggung dengan kesombongan yang ada di dalam sifatmu itu. Ajaklah aku untuk melengkapi apa yang menjadi sifat bangun persegi ? bukankah engkau hanyalah bagian dari bangun persegi ? kedudukanmu sama dengan aku ?
Sisi Persegi :
Terima kasih wahai sudut siku-siku, engkau telah menyelamatkan aku dari jurang kesombongan. Aku tidak berdaya tanpa engkau ada. Ketika aku dan sisi-sisi persegi yang lain melepas rindu akan kebersamaan. Aku dan sisi-sisi persegi yang lain pun akan bersatu. Kami berempat pun akan saling mendekat dan sangat dekat. Kami pun tak ingin terpisah lagi. Aku pun merasa nyaman akan keelokan bangun persegi.
Keempat sisi persegi :
Janganlah engkau begitu wahai sudut siku-siku. Janganlah engkau menyangka kami tidak akan mengajakmu. Kami pun tahu engkau mempunyai banyak tempat yang mengharapmu. Tetapi yakinlah bahwa kami hanyalah bagian-bagian dari persegi. Tidaklah pantas untuk kami menyombongkan sifat-sifatku ini.
Sudut siku-siku :
Ketika aku akan menatap ke depan, mengapa engkau selalu menghalang-halangiku wahai keempat sisi persegi ?
Aku ingin diketahui, bahwa aku juga berkedudukan sama seperti dirimu.
Keempat sisi persegi :
Wahai sudut siku-siku, betapa beruntungnya dirimu ? Banyak bangun yang nyaman engkau singgahi, tapi bagaimanakah aku ? Para bangun akan memilih-milih aku. Dan, aku pun tidak ingin menghalang-halangimu. Tetapi, apalah daya jika ini telah menjadi takdirku.
Persegi :
Wahai sisi persegi dan sudut siku-siku, kalian adalah bagian-bagianku. Tetapi, ada orang yang memanggilku bagian dari segiempat. Aku tidak mempunyai bentuk tanpa kalian. Tetaplah jadi bagian-bagianku…
Subyek 1 :
Aku bisa merasakan begitu indahnya wahai persegi. Berbahagialah bagian-bagianmu selalu ada di sampingmu. Mereka saling berharap untuk selalu bersatu untuk mempertahankan keelokan bentukmu. Lalu apakah yang engkau lakukan untuk mereka ?
Persegi :
Aku akan berusaha untuk menjadikan mereka sebenar-benarnya diri sendiri wahai subyek 1. Mereka tidak lain dan tidak bukan adalah diriku sendiri.
Subyek 1 :
Apakah aku boleh bertanya wahai persegi ? Aku mempunyai pekarangan berbentuk persegi, mempunyai sisi 10. Lalu bagaimanakah dengan luas pekaranganku ?
Persegi :
Apakah aku perlu menjawabnya ? Jika engkau akan berusaha menjelajahi pikiranmu dengan matematika maka pahamilah aku. Bukankah telah ada daya pikirmu untuk menjawab pertanyaanmu itu ?
Subyek 1 :
Terima kasih atas penjelasanmu. Aku akan menggunakan luas satuan, lalu aku akan menutupi pekaranganku ini dengan bangun-bangun satuan. Ternyata aku temukan baahwa banyaknya luas satuan adalah 10 kali 10 sama dengan 100. Akhirnya, aku menemukan luas pekaranganku yaitu 100.
Subyek 2 :
Semoga engkau telah mendapatkan apa yang ada di pikiranmu wahai subyek 1. Dan aku pun akan menggunakan sifat-sifatmu wahai persegi.
Rabu, 06 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ketika anda membuat elegi itu maka logos anda berusaha memahami dan menghayati bangun datar. Itulah sebenar-benarnya logos. Tetapi ketika orang lain memuji atau mencelanya maka dengan serta merta logos anda terancam oleh mitos-mitos. Itulah hakekat logos dan mitos. Selamat atas elegi anda. Ini hanya salah satu usaha yang engkau lakukan untuk dapat mengkomunikasikan matematika dengan cara tertentu. Yang jelas anda dapat merasakan betapa anda memperoleh kebebasan berpikir dan mengekspresikan pendapat anda tanpa dibebani satu keadaanpun. Itulah salah satu perolehan belajar filsafat.
BalasHapus