Rabu, 04 Maret 2009

Pendahuluan Filsafat

HAKEKAT PENDIDIKAN

Pendekatan-pendekatan mengenai hakekat pendidikan telah melahirkan berbagai jenis teori termasuk mengenai apakah sebenarnya pendidikan itu. Untuk menelusuri berbagai teori tersebut perlu kita sepakati, bahwa pendidikan itu bukan hanya suatu kata benda (noun) tetapi juga merupakan suatu proses atau kata kerja (verb). Ini sangat penting untuk bisa memahami hakekat pendidikan tersebut.

Pendidikan telah menjadi bahasan yang tak pernah tuntas untuk dikupas. Ruang-ruang ilmu pengetahuan yang melingkup di dalamnya menjadikan pendidikan bak roda yang terus berputar dengan poros sebagai pusat putarannya. Selalu tumbuh silih berganti teori-teori tentang pendidikan, bahkan seolah tak berujung dalam keterbatasan.

Jika menganalogikan poros roda adalah pusat putaran, tak keberatan jika memaknai poros pendidikan adalah nilai-nilai ke-Tuhan-an. Di poros itulah hulu dan hilir pendidika berada. Dan dengan nilai-nilai keTuhanan pula pendidikan akan kian menempati ruang dengan pemaknaan hakekat yang sesungguhnya serta menggiring manusia untuk menemui khazanah indah keterkaitan dalam hubungan dengan sesama makhluk dan dengan penciptanya.

Bila mengaca dari berbagai perintis gagasan perihal hakekat pendidikan, dan bila menyoal pendidikan, tentu akan berujung pula pada pertanyaan mengenai hakekat pendidikan itu sendiri. Selain menyoal pendidikan, sudah barang tentu menyoal pula apakah pendidikan itu telah memenuhi khazanah ilmu pengetahuan yang disebut ilmu pendidikan atau pedagogic, ataukah belum..?

Dari beberapa definisi yang muncul, hakekat pendidikan dapat dikategorikan dalam dua pendekatan, yaitu epistemologis dan ontology atau metafisik.

Pendekatan Epistemologis diturunkan dari Pendapat seorang Filsuf bernama René Descartes (1596-1650) yang dipandang sebagai pelopor filosofi modern. Salah satu pernyataannya yang terkenal adalah :“Cogito ergo sum”. Dalam satu bagian dari bukunya Meditationes de Prima Philosophia (1641) , Descrates menyatakan :


Dari uraian tersebut dapat dilihat dasar pemikiran Descrates untuk menghilangkan keraguan dalam mendapatkan kebenaran. Di dalam pendekatan yang ditawarkan Descrates permasalahan yang muncul adalah soal kerangka ilmu pendidikan sebagai ilmu. Meskipun pendekatan tersebut berusaha mencari makna pendidikan sebagai ilmu yaitu mempunyai objek sebagai dasar analisis dalam membangun ilmu pengetahuan atau ilmu pendidikan.

Dari sudut pandang ini :

  1. Pendidikan dilihat sebagai suatu proses yang inheren dalam konsep manusia, artinya manusia hanya dapat dimanusiakan melalui proses pendidikan.

  2. Proses pendidikan berkenaan objek dari proses tersebut ialah peserta-didik. Tingkah laku proses pendewasaan peserta-didik merupakan objek dari ilmu pendidikan.

  3. Selanjutnya ada pula yang melihat hakekat pendidikan di dalam adanya pola struktur hubungan antara subyek dan obyek yaitu antara pendidik dan peserta didik.

Kelemahan pendekatan epistemologis mengenai hakekat pendidikan terletak pada lahirnya atau perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri.

Pendekatan Ontologi/metafisik menekankan pada hakekat keberadaan pendidikan yang tidak terlepas dari keberadaan manusia. Dalam pendekatan ini keberadaan peserta didik dan pendidik terlepas dari makna keberadaan manusia itu sendiri. Pendekatan ini didasari pada tulisan seorang filsuf ahli Metafisik Aristoteles dalam bukunya Metaphysics. Dalam buku tersebut ia menuliskan, bahwa.

Kedua jenis pendekatan mengenai hakekat pendidikan, baik pendekatan ontologis maupun pendekatan metafisik keduanya mempunyai kebenaran masing-masing. Sebagai ilmu, Ilmu pendidikan tentu mempunyai objek, metodologi, serta analisis proses pendidikan. Namun demikian objek atau subyek ilmu pendidikan adalah anak manusia. Sehingga tidak terlepas dari hakikat manusia.

Berbagai pendekatan mengenai hakikat pendidikan digolongkan atas dua kelompok besar yaitu :

  1. Pendekatan reduksionisme

  2. Pendekatan holistic integrative

Pengelompokan ini tidak bersifat hitam-putih tetapi sekedar menekankan garis besar dari teri-teori tersebut dan saling berdekatan, mengisi dan melengkapi. Oleh sebab itu, teori- teori tersebut mempunyai kesamaan dalam memberikan jawaban terhadap hakikat pendidikan, ialah bahwa pendidikan tidak dapat dikucilkan dari proses pemanusiaan. Tidak ada suatu masyarakatpun yang dapat eksis tanpa pendidikan.


http://www.edubenchmark.com/hakekat-pendidikan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar